Rd. Adipati Wiranatakusumah II / Dalem Kaum (1794–1829)

Adapun silsilah keturunan Wiratana Kusumah Para Bupati Bandung,  dapat dituliskan sebagai berikut :

Dalem Pasehan lahir di "Mandala Puntang", adalah mertua Prabu Sribaduga Jaya Dewata (Prabu Siliwangi), Raja Pakuan Pajajaran Bogor ke-2 (1478 – 1521).

Generasi ke 1
1. Prabu Panggung Pakuan Dalem Pasehan alias Prabu Permana Di Putang alias Prabu Surya Jaya Kusuma Raja Timbanganten (Torogong Garut sekarang),  antara abad ke 15 sampai dengan 16 Masehi, yang meninggal di Mandala Di Putang adalah sejaman dengan Prabu Tirta Kusuma (Sunan Tuakan) Kerajaan Sumedanglarang, masa pemerintahan  (1237 – 1462 M),  yang sama salah satu putranya dipersunting Prabu Jayadewata alias Prabu Siliwangi yaitu Ratu Raja Mantri. 

Prabu Panggung Pakuan Dalem Pasehan alias Prabu Permana Di Putang alias Prabu Surya Jaya Kusuma alias Raden Abun, dari Kerajaan Timbanganten Garut dari isterinya Puspita Kencana, putranya Kusuma Jaya Diningrat dari Kerajaan Sumedanglarang, mempunyai anak :

1.1  Ratu Inten Dewata  alias Halimah, makamnya di Pasir Astana Cipancar Limbangan Garut. 

Generasi ke 2
1.1 Nyi Raden Halimah alias Ratu Inten Dewata alias Nyi Anten alias Ratu Anten, dipersunting oleh Pamanah Rasa alias  Prabu Sribaduga Jaya Dewata alias Prabu Siliwangi, mempunyai anak  :
1.1.1 Santen Rama Dewa (Sunan Dayeuh Manggung), adalah orang yang pertama memeluk agama Islam, dimakamkan di Pasir Astana Cipancar Limbangan Garut. 
1.1.2 Sunan Gordan  makamnya di Pasir Astana Cipancar Limbangan Garut.
1.1.3 Siti Maemunah


Generasi ke 3

1.1.1 Santen Rama Dewa (Sunan Dayeuh Manggung), menikan dengan Nyi Rd. Kurniasih berputra :
1.1.1.1  Sunan Darma Kingkin (Sunan Rama Kingkin), makamnya di Suniasugih muara sungai Cikamiri - Cihanyir Timbanganten, keterangan lain menyebutkan Sunan Darma Kingkin wafat di Cirebon dibunuh oleh utusan Mataram, jenasahnya dikebumikan dekat RSUD Garut, berputra :
1.1.1.1.2 Deden Sunata (Samadora), makamnya di Kampung Nagrag, Cipeujeuh Limbangan
 

1.1.2 Sunan Gordan menikahi Nyi Rd. Kartika berputra :
1.1.2.1 Sunan Rangga Lawe, dimakamkan di muara Cikamiri RSU Garut.
1.1.2.2 Sunan Patinggi
1.1.2.3 Sunan Rumenggong / Rakean Layaran Wangi, Pendiri Kerajaan Kartarahayu Galih Pakuan Limbangan.
1.1.4 Sunan Kaca (adik Ranggalawe), ditawan oleh Mataram dan dibuang ke Betawi.

Generasi ke 4
1.1.2.1 Sunan Ranggalawe, berputra :
1.1.2.1.1 Sunan Tumenggung Mataoen /  Sunan Pateon (menantu Sunan Kaca).
1.1.2.1.2 Sunan Pari (ipar Sunan Mataoen / Sunan Pateon), dimakamkan di Samarang Garut.
1.1.2.1.3 Sunan Pangadegan, dimakamkan di Pulau Cangkuang, Leles Garut.

Generasi ke 5
1.1.2.1.3 Sunan Pangadegan (Dalem WiranatakusumahRatu Timbanganten 6), berputra :

1.1.2.1.3.1 Dalem Demang Aria Kusumah Wiradipoera (Sunan Sampireun), makamnya di Dayeuh Handap Samarang Garut.
1.1.2.1.3.2 Dalem Demang Jaya Kusumah Wirapati (Sunan Demang), meninggal di Mataram dan dimakamkan di belakang RSUD Garut.

Generasi ke 6

1.1.2.1.3.1 Dalem Demang Aria Kusumah Wiradipoera (Sunan Sampireun/Sanugireun), berputra :
1.1.2.1.3.1.1 Dalem Wirakrama - Timbanganten, dimakamkan di Sarsitu
1.1.2.1.3.1.2 Dalem Wirakoesoemah, dimakamkan di Timbanganten

Generasi ke 7
1.1.2.1.3.1.1 Dalem Wirakrama - Timbanganten, berputra :
1. Tmg. Ardikusumah (Rd. Ardi Wiranata), Bupati Bandung ke II  (1681-1704)
2. Demang Rd. Tjandra Dita  (Sunan Tendjolaya), yang di kemudian hari menjadi Penghulu Bandung. meninggal di Cikembulan dan dimakamkan di Tanjung Kamuning Timbanganten (Torogong).


Generasi ke 8

1. Tmg. Ardikusumah (Rd. Ardi Wiranata), Bupati Bandung ke II, 1681-1704,
berputra :
1.1 Dalem Demang Anggaredja (Dalem Gorda) / Tmg. Anggadireja I
1.2 Rd. Bradjajoeda
1.3 Rd. Brajadiraksa
1.4 Rd. Pradjadiraksa
1.5 Rd. Pradjadinata
1.6 Rd. Branadinata
1.7 Rd. Pranadinata
1.8 Nyai Rd. Soemakaraton

Generasi ke 9

2.1 Dalem Demang Anggaredja (Dalem Gorda) / Tmg. Anggadireja I, Bupati Bandung ke III 1704-1747, beristerikan Nyi Rd. Karawitan putranya Rd. Tmg Wiraangun-angun (Ki Astamanggala) Bupati Bandung I , 1641-1670, berputra :
1.1.1 Rd. Tmg. Anggadiredja II
1.1.2 Rd. Demang Naranata
1.1.3 Rd. Rangga Bradjakoesoemah
1.1.4 Rd. Rangga Djajanagara
1.1.5 Rd. Bradjamanggala
1.1.6 Rd. Poespajoeda
1.1.7 Rd. Raksadikoesoemah
1.1.8 Rd. Nataparadja
1.1.9 Rd. Lindranata
1.1.10 Rd. Soeradiredja
1.1.11 Rd. Soeradipoera
1.1.12 Nyi Rd. Banten
1.1.13 Nyi Rd. Bandjar
1.1.14 Nyi Rd. Pantjanagara
1.1.15 Nyi Rd. Mantri
1.1.16 Nyi Rd. Paradjanagara
1.1.17 Nyi Rd. Hoenon


Generasi ke 10
1.1.1 Rd. Tmg. Anggadiredja II, Bupati Bandung ke IV (1704 - 1747 M), menikah dengan Nyi Raden Nimbang Karaton, putra Rd. Hadji Amin Tjitepu dari Nyi Rd. Paradjanagara 
berputra :
1.1.1.1 Rd. Adipati Wiranatakoesoemah I, Dayeuhkolot.
1.1.1.2 Nyi Raden Nimbangmantri
1.1.1.3 Rd. Satjadiredja
1.1.1.4 Nyi. Rd. Lingga
1.1.1.5 Nyi. Rd. Ayoe
1.1.1.6 Nyi. Rd. Tani
1.1.1.7 Nyi. Rd. Burej
1.1.1.8 Nyi. Rd. Oepi, bersuamikan Ke Sultan Kanoman Cirebon
1.1.1.9 Nyi. Rd. Bandjarnagara
1.1.1.10 Nyi Rd. Radjakaraton
1.1.1.11 Nyi Rd. Radjamariam
1.1.1.12 Nyi Rd. Bandanagara

Generasi ke 11
1.1.1.1 Tmg. Anggadireja III, RAA. Wiranatakoesoemah I, Bupati Bandung ke V : 1763-1794, menikah dengan Nyi Raden Ayu Ratna Wulan, berputra :
1.1.1.1.1 Rd. Adipati Wiranatakoesoemah II (Dalem Kaum)
1.1.1.1.2 Rd. Indranagara
1.1.1.1.3 Rd. Wangsanaga
1.1.1.1.4 Rd. Nataparadja
1.1.1.1.5 Rd. Wiriadiredja
1.1.1.1.6 Rd. Djahadir
1.1.1.1.7 Rd. Wirakoesoemah
1.1.1.1.8 Nyi Rd. Bomanagara
1.1.1.1.9 Nyi Rd. Mantri
1.1.1.1.10 Nyi Rd. Djinah
1.1.1.1.11 Nyi Rd. Banten
1.1.1.1.12 Nyi Rd. Bandjarnagara
1.1.1.1.13 Nyi Rd. Empan
1.1.1.1.14 Nyi Rd. Doerias
2.1.1.1.15 Nyi Rd. Radjainten
2.1.1.1.16 Nyi Rd. Radjamirah
2.1.1.1.17 Nyi Rd. Melar

Generasi ke 12
2.1.1.1.1  Rd. Adipati Wiranatakoesoemah II / Dalem Kaum (1794 – 1829), Bupati Bandung masa kolonial Belanda, dalam tahun 1809, pindah ke Bogor, tahun 1813 pindah lagi ke Bandung sekarang (Dalem Kaum), menikah dengan Nyi Rd. Kendran, putra Tumenggung Rangga Ardikoesoemah Bupati Batulayang (Gajah), berputra :
2.1.1.1.1.1 R. Aria Wiranatakoesoemah III (Dalem Karanganyar)
2.1.1.1.1.2 Nyi Rd. Galoeh (dari istri yang lain)
2.1.1.1.1 .3 Rd. Indranagara
2.1.1.1.1 .4 Rd. Nataparadja
2.1.1.1.1 .5 Nyi Rd. Pantanagara
2.1.1.1.1.6 Nyi Rd. Patimah
2.1.1.1.1.7 Nyi Rd. Bomakaraton
2.1.1.1.1.8 Nyi Rd. Ardji
2.1.1.1.1.9 Nyi Rd. Emen Meden
2.1.1.1.1.10 Nyi Rd. Empit.


Makam Raden Adipati Wiranatakoesoemah II, Pendiri Kota Bandung
Berada di pusat pertokoan di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung atau yang dekat dengan Alun-alun Kota Bandung terdapat sebuah gapura bertuliskan Makam Pendiri Kota Bandung R.A Wiranatakusumah II Bupati Bandung ke 6. Gang yang hanya memiliki ukuran empat meter tersebut menyimpan historis Kota Bandung.
 



R.A Wiranatakusumah merupakan Bupati Kabupaten Bandung yang ke-6 (1794-1829). Beliau merupakan pendiri Kota Bandung. Di mana beliau mengubah kawasan hutan dan rawa menjadi Pusat Kota. Kemudian, dimakamkan di belakang Masjid Raya Bandung yang sekarang bernama "Situs Makam Pendiri Kota Bandung RA Wiranata Kusumah II".
 
Kurang lebih 20 meteran dari gapura tersebut, terdapat sebuah makam pendiri Kota Bandung yang merupakan Bupati Kabupaten Bandung ke 6 R.A Wiranatakusumah (1794-1829).

Makam pendiri Kota Bandung itu dibentengi dan dipagari. Di dalamnya terdapat beberapa makam yang berada di satu atap. Tidak hanya ada makam RA Wiranatakusumah terdapat 100 makam lainnya yang merupakan keturunan Adipati Bandung.

Dari gapura tinggal berjalan sebentar untuk mencapai makam karena jaraknya yang hanya beberapa meter saja. Terlihat benteng dan pagar dengan cat berwarna putih dan di sana ada beberapa makam yang berada dalam satu atap yaitu, makam Raden Adipati Wiranatakusumah II Bupati Bandung ke-6, di sampingnya ada makam Nyi Raden Ayu Kendran merupakan garwa atau istirnya Rd. Adipati Wiranatakusumah II, lalu makam Bupati Bandung ke-15 Raden Tumenggung Male Wiranatakusumah, Makam Hoofd merupakan penghulu Kabupaten Bandung, dan Makam Raden Mochamad Soleh.

Raden Adipati Wiranatakoesoemah II atau Dalem Kaum, Bupati Bandung masa kolonial Belanda antara 1794–1829, dalam tahun 1809, pindah ke Bogor, tahun 1813 pindah lagi ke Bandung sekarang (Dalem Kaum), menikah dengan Nyi Raden Kendran, putrinya Tumenggung Rangga Ardikoesoemah Bupati Batulayang Gajah, mempunyai 10 orang anak, yaitu : Raden Aria Wiranatakoesoemah III atau Dalem Karanganyar), Nyi Raden Galoeh (dari istri yang lain), Raden Indranagara, Raden Nataparadja, Nyi Raden Pantanagara, Nyi Raden Patimah, Nyi Raden Bomakaraton, Nyi Raden Arji, Nyi Raden Emen Meden, dan Nyi Raden Empit.
 
 
Kilas Sejarah Kota Bandung 
Kota Bandung itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681.

Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang.
 
Raden Adipati Wiranatakusumah II merupakan Bupati Kabupaten Bandung ke-6 yang menjabat bupati sejak tahun 1794 hingga tahun 1829. Ia dapat dikatakan sebagai pendiri Kota Bandung karena pembangunan Kota Bandung sepenuhnya dilakukan dibawah pimpinannya. Pada 1809, Wiranatakusumah II memindahkan penduduknya ke Bandung tanpa sepengetahuan pemerintah Belanda. Tempat yang cocok untuk ibu kota pun sudah dipilih walaupun masih berupa hutan. Rakyatnya diarahkan untuk menempati daerah Bandung Utara.

Secara tidak langsung Raden Adipati Wiranatakusumah II dapat dikatakan sebagai pendiri Kota Bandung. Walaupun Daendels yang mengeluarkan surat keputusan resmi kepindahan ibu kota Bandung pada 25 Desember 1810, rencana bupati ke-6 Bandung tersebut membuat Belanda tidak serta merta membuat Kota Bandung berdiri atas perintah penjajah.

Raden Adipati Wiranatakusumah II yang memiliki nama kecil Indradireja ini wafat setelah memimpin Bandung selama 35 tahun. Ia dimakamkan di kompleks pemakaman di belakang Masjid Agung Bandung. Julukan Dalem Kaum diberikan karena nama Dalem diberikan kepada seorang menak Priangan setelah ia meninggal dan Kaum karena ia dimakamkan di daerah Kauman.
 
Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni Raden Adipati Wiranatakusumah II antara 1794-1829 yang dijuluki "Dalem Kaum ", kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels antara 1808-1811.

Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km).

Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada.

Jalan raya di daerah Bandung itu sekarang adalah Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Asia Afrika - Jalan Ahmad Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.

Untuk kelancaran pembangunan jalan rayan dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak, Tanjungsari sekarang, mendekati Jalan Raya Pos.

Rupanya Daendels tidak mengetahui bahwa jauh sebelum surat itu keluar bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.

Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang).

Alasan pemindahan ibukota itu dikarenakan, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan dan terletak di sisi selatan daerah Bandung yang sering dilanda banjir bila musim hujan

Sekitar akhir tahun 1808 atau awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru.

Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).

Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati.

Dengan kata lain, Bupati Raden Adipati Wiranatakusumah II adalah pendiri atau the founding father kota Bandung.

Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
 
 Salam Santun

Tidak ada komentar